TUGAS KE-3 AKUNTANSI INTERNASIONAL
Minggu, 01 Juni 2014 - - 0 Comments
NAMA : ANGGI KURNIAWAN
KELAS : 4EB17
NPM : 20210822
JUDUL : PENGARUH
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN
SAHAM (STUDI PADA PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI SUBSEKTOR OTOMOTIF DAN
KOMPONEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)”.
LATAR BELAKANG
Saat ini bagi sebagian masyarakat dunia, investasi adalah
usaha yang paling menjanjikan. Hal ini dikarenakan risiko yang ditimbulkan dari
investasi tergolong kecil, selain itu dengan investasi kita bisa hanya menunggu
hasil tanpa melakukan pekerjaan walaupun ada juga investor yang terjun langsung
di perusahaan tempat dia menanamkan modalnya.
Pasar modal menjadi alternatif
pendanaan dalam mengembangkan perusahaan di Indonesia, karena melalui pasar modal, dana dapat diperoleh dalam jumlah besar dibanding dana dari perbankan. Perusahaan yang membutuhkan dana, menjual surat berharganya dalam bentuk saham di pasar modal, melalui penawaran perdana kepada publik
atau Initial Public Offering (IPO) di pasar primer yang selanjutnya diperdagangkan di pasar sekunder. Bagi investor sendiri, pasar modal selain sebagai wahana investasi juga merupakan
upaya diversifikasi. Setiap investor
dapat memilih berbagai
investasi yang ada, di mana
setiap jenis investasi memiliki karakteristik sendiri-sendiri dalam hal
tingkat pengembalian
(return) dan risiko.
Kehadiran pasar modal mempunyai pengaruh yang penting
dalam kemajuan suatu negara. Pasar modal disini berfungsi sebagai penghubung
antara para investor dengan perusahaan atau institusi pemerintah melalui
perdagangan instrumen jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya.
Bagi investor, pasar modal merupakan suatu wadah untuk
menginvestasikan dananya. Dalam menanamkan modalnya di pasar modal, investor
tidak hanya memiliki tujuan untuk jangka waktu pendek saja tetapi juga
bertujuan untuk memperoleh pendapatan dalam jangka waktu yang panjang.
Pendapatan yang didapatkan oleh investor disebut deviden dan capital gain.
Sejak Januari 1996, dalam rangka memberikan informasi yang lebih lengkap kepada publik, Bursa Efek Indonesia (dulu Bursa Efek Jakarta)
mengelompokkan semua saham yang tercatat di BEI ke dalam
sembilan sektor
yang didasarkan pada klasifikasi industri,
yaitu sektor ; (1)
pertanian, (2) pertambangan, (3) industri dasar dan kimia, (4) aneka industri, (5) industri barang konsumsi, (6) property dan real estate, (7) transportasi dan infrastruktur, (8) keuangan, dan (9) perdagangan, jasa, dan
investasi.
Ada dua kemungkinan yang akan diterima investor yaitu
memperoleh keuntungan dengan risiko tinggi maupun dengan risiko yang rendah.
Apabila investor dihadapkan pada dua alternatif
investasi yang memberikan tingkat keuntungan yang sama makan investor
akan lebih memilih investasi dengan tingkat risiko yang kecil.
Investor dalam menanamkan modalnya pasti
berharap untuk memperoleh return saham
yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu investor membutuhkan berbagai jenis
informasi sehingga investor dapat menilai kinerja perusahaan yang diperlukan
untuk pengambilan keputusan investasi. Secara umum, informasi yang dibutuhkan
investor adalah informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan tersebut.
Dalam proses pengambilan keputusan dari
hasil evaluasi terhadap kinerja keuangan suatu perusahaan, investor cenderung
lebih menyukai alternatif pengukuran kinerja yang mencerminkan laba yang
tinggi. Disisi lain, investor memakai ukuran kinerja untuk mengukur tingkat
pengembalian dari saham yang diperoleh. Indikator pengukur kinerja keuangan
perusahaan yang sering dipakai sebagai alat analisis diantaranya Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA), Return On Investmen (ROI), Return On Equity (ROE), PER (price Earning Ratio), DER (Debt Equity Ratio) dan sebagainya.
Indikator tersebut merupakan pengukur kinerja keuangan yang mencerminkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan pengembalian atas investasi
perusahaan. Indikator seperti EPS, ROA, ROE, ROI, PER, dan DER dalam
operasionalnya menggunakan data keuangan yang bersifat historis dan kurang
memperhatikan adanya tingkat risiko investasi yang berkaitan dengan biaya modal
atas ekuitas yang harus ditanggung oleh pemilik ekuitas itu sendiri. Biaya modal
adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan atau dibayar perusahaan untuk
mendapatkan modal. Modal itu sendiri terdiri dari dua sumber yaitu dari hutang
dan ekuitas (Young dan
O’Byrne, 2001).
Kelemahan pada pengukur kinerja seperti
EPS, ROA, ROE, ROI, PER dan DER yaitu pengukur tersebut mengabaikan adanya
biaya modal atas ekuitas, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu
perusahaan telah menciptakan suatu nilai (value)
atau tidak. Biaya modal penting bagi suatu perusahaan, karena memaksimumkan
nilai perusahaan mensyaratkan semua biaya input termasuk modal, diminimumkan
dan untuk meminimumkannya biaya modal harus dapat diestimasikan. Dengan
demikian, berarti perusahaan telah mengabaikan kepentingan investor terutama
dalam hal besarnya kompensasi atas pengembalian yang dituntut oleh investor. Sementara pihak manajemen
berpendapat bahwa besarnya kompensasi tergantung pada tingkat risiko perusahaan
yang bersangkutan sedangkan investor pasti tidak suka pada risiko sehingga
semakin tinggi tingkat risiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian
yang dituntut investor.
Bertolak pada adanya suatu perbedaan
pendapat antara pihak manajemen dengan pihak investor serta lemahnya metode
penilaian yang menggunakan ukuran kinerja keuangan, maka didalam penilaian
kinerja keuangan perusahaan telah ditemukan suatu alternatif strategi baru
tentang metode penilaian kinerja keuangan yang dikenal dengan sebutan Economic Value Added (EVA). EVA adalah
suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu
perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika
perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital) (Tunggal, 2001).
EVA adalah selisih antara laba operasi
perusahaan setelah pajak (NOPAT) dengan biaya modal (Tunggal, 2001). Biaya
modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan (disebut juga modal yang
dipakai) dikali biaya modal rata-rata tertimbang (Young dan O’byrne, 2001).
Tidak seperti alat ukur kinerja lainnya, EVA berusaha mengukur nilai tambah
yang dihasilkan dari sebuah perusahaan dengan mamperhitungkan keseluruhan biaya
modal yang timbul dari investasi, karena biaya modal atas ekuitas merupakan
keunggulan pendeketan EVA dibanding pendekatan pengukuran kinerja keuangan
lainnya.
Beberapa penelitian tentang pengukuran kinerja keuangan
terhadapa return saham antara lain
dikemukakan oleh Suharjo (2001) yang melakukan penelitian tentang Analisis economic value added sebagai metode
allternatif penilaian kinerja keuangan dan pengaruhnya terhadap pengembalian
saham dengan hasil penelitiannya yaitu perhitungan EVA selama kurun waktu
periode 1997 sampai 1999 menhasilan nilai negatif sehingga secara statistik tidak signifikan dalam menjelaskan tingkat
pengembalian saham. EVA yang negatif berarti nilai perusahaan lebih rendah
daripada total modal yang diinvestasikan. Sedangkan kinerja tradisional seperti
EPS dan ROI memiliki korelasi yang lebih dekat dalam mengukur pengembalian
saham daripada EVA.
Tinneke (2007) melakukan penelitian mengenai Analisis
pengaruh economic value added dan
faktor-faktor fundamental perusahaan lainnya terhadap return saham dengan hasil penelitiannya yaitu PER berpengaruh
negatif secara signifikan terhadap return
saham, PBV berpengaruh positif
secara signifikan terhadap return
saham, EVA berpengaruh positif terhadap return
saham tetapi tidak signifikan dan DER berpengaruh positif terhadap return saham tetapi tidak signifikan,
sementara ROE harus dikeluarkan dari analisis karena multikolinear dengan PBV.
Pertimbangan
dalam menentukan subsektor otomotif dan komponen sebagai objek penelitian
karena dunia otomotif khususnya di Indonesia sediri berkembang semakin pesat.
Banyak produsen otomotif dunia menanamkan investasi besar di Indonesia.
Perkembangan tersebut juga dapat dari semakin banyak kuantitass perusahaan
otomotif di Indonesia dan semakin tinggi permintaan konsumen yang ditandai
dengan munculnya kendaraan baru dengan berbagai jenis dan merk.
Seiring dengan
pertumbuhan pasar domestik, ekspor mobil terutama dari Jepang, terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal itu menunjukan makin kuatnya kepercayaan
negara-negara importer terhadap produk rakitan dalam negeri. Total ekspor mobil
selama 10 bulan pertama di 2012, tumbuh 43,3% dari 162.214 unit pada periode
yang sama tahun lalu menjadi 232.385 unit. Adapun ekspor mobil dalam bentuk
utuh melonjak 57,4% dan 93.075 pada Januari – Oktober 2011 menjadi 146.495 unit
pada periode yang sama tahun 2012.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas serta
beberapa penelitian terdahulu dapat
diketahui sebarapa pentingnya penilaian
kinerja keuangan terhadap return
saham bagi investor.
(semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca
maupun penulis)
DAFTAR PUSTAKA
Tinneke,
Raden. (2007). Analisis pengaruh Economic
Value Added (EVA) dan faktor-faktor fundamental perusahaan lainnya terhadap
return saham. Tesis : Universitas Diponegoro.
Suharjo, Heri. (2001). Analisis Economic
Value Added (EVA) sebagai metode alternatif penilaian kinerja keuangan dan
pengaruhnya terhadap pengembalian saham. Tesis : Universitas Diponegoro
PENERAPAN IFRS DI INDONESIA
Sabtu, 03 Mei 2014 - - 0 Comments
NAMA : ANGGI
KURNIAWAN
KELAS/NPM : 4EB17
/ 202100822
PENERAPAN IFRS DI
INDONESIA
2.a PEMBAHASAN
Di Indonesia, standar akuntansi yang digunakan untuk
menyusun laporan keuangan yang memiliki akuntabilitas publik signifikan adalah
PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan). Standar ini merupakan kumpulan
dari berbagai standar Akuntansi di dunia dan telah disesuaikan untuk digunakan
di Indonesia. Praktik akuntansi di setiap negara berbeda-beda, ini dikarenakan
adanya pengaruh lingkungan, ekonomi, sosial dan politis di masing-masing negara
tersebut. Adanya tuntutan globalisasi atau tuntutan untuk menyamakan persepsi
akuntansi di setiap negara mengakibatkan munculnya Standar Akuntansi
Internasional yang lebih dikenal dengan IFRS (International Financial
Reporting Standards)
Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)
menetapkan bahwa Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012.
Penerapan ini bertujuan agar daya informasi laporan keuangan dapat terus
meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami dan dapat
dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun pembaca atau
pengguna lain. Dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari
meningkatnya kredibilitas pasar modal Indonesia di mata investor global,
meluasnya pasar investasi lintas batas negara dan meningkatkan efisiensi
alokasi modal.
Manfaat
& Penerapan IFRS :
1.
Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK),
2.
mengurangi biaya SAK,
3.
meningkatkan kredibilitas & kegunaan lap. keuangan,
4.
meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan,
5.
meningkatkan transparansi keuangan,
6.
menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui
pasar modal.
7.
meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
TUJUAN IAS/IFRS
Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan intern
perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan
tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang meliputi :
- Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan, meningkatkan arus investasi dlobal melalui transparansi.
- Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global.
- Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan
2.b RUANG
LINGKUP
Dengan penyusunan Laporan Keuangan dengan standard
IFRS, maka penyusunan Laporan Keuangan Jasa Marga sudah berstandard
internasional, sama seperti perusahaan-perusahaan lain di dunia. Perusahaan yang sudah mengadopsi IFRS dalam laporan
keuangannya biasanya akan memiliki daya saing yang lebih besar.
Sebagai
salah satu bentuk peningkatan sistem di bidang Keuangan dan Akuntansi, Jasa
Marga akan segera mengimplementasikan
Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) dengan berbasis pada
International Finance Reporting Standard (IFRS) untuk penyusunan Laporan
Keuangan. Untuk menuju program adopsi IFRS secara menyeluruh pada tahun 2012
nanti, Jasamarga mulai tahun ini mencanangkan langkah-langkah untuk penerapan
IFRS. Sejak tahun 2009 dan 2010, Jasa Marga telah menerapkan beberapa PSAK-PSAK
tertentu yang mengacu kepada IFRS, yakni PSAK nomor 54 dan 55 mengenai
instrument keuangan. Demikian disampaikan Direktur Keuangan Reynaldi Hermansjah
dalam acara Pembukaan Executive Meeting yang diikuti oleh para pejabat
setingkat Kepala Divisi/ Biro/Satuan, Kepala Cabang dan Direktur Anak
Perusahaan di JMDC pagi ini (7/2).
Menurut
Reynaldi, dengan penyusunan Laporan Keuangan dengan standard IFRS, maka
penyusunan Laporan Keuangan Jasa Marga sudah berstandard internasional, sama
seperti perusahaan-perusahaan lain di dunia. Sehingga, Laporan Keuangan Jasa
Marga dapat dengan mudah dipahami oleh para pengguna laporan keuangan
bahkan
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan dari negara lain yang sudah
menerapkan IFRS.
Di
sisi lain, menurut Kepala Biro Keuangan dan Akuntansi Rony Haryanto, proses
persiapan penerapan IFRS ini sudah dilakukan Jasa Marga sejak tahun 2009. Saat
ini kita sedang melakukan sosialisasi, tambah Roni.
Persiapan lain yang sudah
dilakukan adalah dengan mengirim para karyawan untuk mengikuti pelatihan dan
seminar masalah IFRS ini ke berbagai institusi atau perguruan tinggi seperti
yang pernah diselenggarakan oleh Universitas Indonesia. Selain itu, untuk
menerapkan standard ini, Jasa Marga juga dibantu oleh konsultan yang memiiiki
kompetensi di bidang ini, yakni Konsultan keuangan Amir Abadi Jusuf (AAJ).3.c KESIMPULAN
Inilah beberapa format laporan keuangan perusahaan yang telah menerapkan IFRS;
DAFTAR
PUSTAKA
Langganan:
Postingan (Atom)